Rindu yang Murah

    dari puluhan jam perbumi berputar
aku bukan suka saat matahari naik dan turun
bukan juga saat beringin bernapas
atau saat tanah bergejolak

dari puluhan jam perbumi berputar
tidak ada alasan untuk aku menyukai saat-saat dimana alam bersolek,
dimana balon diletuskan, kembang api meledak-ledak, 
atau ketika gema menghentak-hentak bumi.

dari puluhan jam perbumi berputar
bisa saja aku paling suka potongan waktu ketika amarahku di ubun-ubun
atau saat aku menggelepar tersedu-sedu
bisa juga saat aku merasa kosong

karena dalam potongan waktu itu pasti ada kamu
ada bayangmu. ada senyummu yang secara menggertak gertakan dadaku hadir
tidak sopan sekali dia.

dari puluhan jam perbumi berputar
aku selalu suka ketika aku diam 
menatap lurus dan intens tembok putih kosong di hadapanku
ketika tanganku menopang daguku yang lancip 
dan ketika pahaku kananku menimpa paha kiriku


karena wajahmu sedang terukir di sana
dan aku siap duduk sampai bokongku kempis,
untuk memandang wajahmu seperti mendalami karya seni Raden Saleh di museum

dan sekarang aku sangat mencintai seluruh potongan waktu pada puluhan jam perbumi berputar
karena kamu selalu ada dalamku, dalam celah celahku, dalam sisa sisa ruang pemikiranku

kalau aku bisa berlutut lebih lebih pada tuhan,
sungguh aku ingin memohon hingga sungkur kepada-Nya untuk bawa kita terus bersama dalam jutaan jam.
tak peduli apakah bumi berputar, bumi membelah, atau bumi mengempis
yang penting aku selalu bersamamu.

sajak ini sungguh murah harganya
tak ada nilai sastra di dalamnya
Sapardi pun membuang kata-kata sampah ini.


tapi biarlah aku menjadi murah, jika itu tentang memberimu jutaan kasih cinta dan sayang



Komentar

Postingan Populer